Find, do, and show your life

Banner 468 x 60

Loading...

Satu Kata: Independen





Masih teringat dengan jalas, betapa banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia. Kebanyakan berlatar politik. Kepentingan sebagian kelompok atau organisasi tertentu. Mulai dari agama, ormas, partai, bahkan sampai popularitas menjadi lahan empuk bagi berseminya “hobi” itu. Apakah kepentingan tersebut se-urgen itu? Hingga mengorbankan yang lain.
Tanpa disadari, ke-mandiri-an lah kelemahan kita semua. Kita tidak terbiasa berfikir “sendiri”, mengesampingkan formalitas dan huru-hara yang ada. Hasilnya, kita hanya ikut “grudak-gruduk” yang lain tanpa tahu menahu apa yang terjadi sebenarnya. Apa yang kurang dari kita semua???
Independen. Ya, kata sifat yang sering dipakai dalam menyebut badan khusus atau lembaga khusus ini memiliki beberapa arti. Berdasarkan English Dictionary of Wikipedia, independent berati 'bebas', 'merdeka' atau 'berdiri sendiri'.[1] Sedangkan, menurut beberapa ahli, pengertian independensi adalah suatu keadaan atau posisi dimana kita tidak terikat dengan pihak manapun. Artinya keberadaan kita adalah mandiri. tidak mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi tertentu.
Begitulah sedikit makna dari independen. Titik poinnya adalah mandiri dan tidak terikat. Ini merupakan modal penting bagi kita, terlebih bagi bangsa “bobrok” ini –dimana politik merajalela dan membabi buta-. Yang sangat miris, adalah betapa bukti ketidak-independen-an kita. Kasus korupsi yang tak kunjung berakhir, bahkan termasuk 5 “nominasi” Negara terkorup di dunia tahun ini, menjadi dampak hebat.  Tentu bukan hanya politik itu sendiri korbannya, namun bidang-bidang lain, mulai ekonomi, social, budaya, dan pendidikan pun ikut merasakan imbasnya. Kebobrokan itu memang didasari “kepentingan” semata, baik individu, kelompok, bahkan keluarga.

Tindakan nyata
Bukan sekedar teori yang kita butuhkan untuk menanamkan jiwa Independen, namun pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Ada setidaknya tiga poin penting yang harus dipenuhi. Yang pertama, tentukan misi/tujuan yang jelas. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana kita bisa kuat memagang keyakinan dan maksud (goal). Bahkan hal ini pula, yang menjadi poin dalam buku-buku motivator-otivator nasional maupun internasional, seperti Ippho Santosa, Arie Ginanjar, dan Norman VP (Amerika). Lantas, apakah orang-orang sukses itu juga independen? Tentu jawabannya iya. Mereka bukan hanya berpikir “mandiri”, namun juga bertindak mandiri dengan beribu kenyataan dan pengalaman yang mereka temui masing-masing. Tak hanya motivator, pelatih sepak bola pun punya hal yang sama. Seperti Mourinho, yang pernah menyatakan, “Tak penting kita bermain seperti apa, menang itulah tujuan utama”, yang kemudian dibuktikannya dengan berkali-kali membawa tim asauhannya memenangi liga-liga bergengsi.
Yang kedua, adalah keberanian. Keberanian berakar dari kata berani, yang tentu artinya sudah tidak asing lagi untuk kita. Berani berarti bukan hanya kuat dan teguh memegang pendirian, namun juga siap menghadapi dan “menolak” yang menjadi hambatan. Dalam hal ini, sikap berani bukan lah “yang keras” atau “apatis”, namun berani dalam arti tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun.  Bukti sejarah mengatakan bahwa dengan keberanian pula lah, dulu Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan bangsa. Dan sebelum itu, ada beberapa perjuangan dan perlawanan –terhadap penjajah- yang dilakukan oleh banyak pahlawan kita. Padahal pada saa itu, banyak “paksaan” dari pemerintahan Belanda yang tentunya tidak dapat diremehkan. Bukti lain yang sampai sekarang –pun- masih terkenang adalah peristiwa “trisakti”. Disitu, bukan hanya keberanian yang dipakai oleh mahasiswa-mahasisiwa se-Indonesia itu, namun juga kecerdasan berpikir. Mereka pun tidak takut akan “ancaman” pemerintahan.
Kemudian, yang terakhir –yang paling aplikatif-, yaitu disiplin tinggi. tak cukup hanya misi dan berani, tanpa adanya disiplin tinggi –mencakup keberlanjutan, kesungguhan, dan keseriusan-, maka keduanya akan statis. Tentu disiplin akan memberikan dampak –sangat- baik. Jepang adalah salah satu contohnya. Negara berjuluk Negeri Sakura itu tercatat sebagai Negara dengan tingkat disiplin –masyarakatnya- paling tinggi sedunia. Oleh karena itu pula, banyak produk asal Jepang yang mendunia dan bahkan mludak pemasarannya. Seperti Honda dan Yamaha, misalnya, tercatat bahwa pada April 2011, “penguasa” pasar internasional untuk produk kendaraan bermotor adalah Honda dengan 54,75%. Disusul Yamaha dengan angka 36,86%. Menakjubkan.

Independensi Kamil
Menjadikan ketiganya padu dan mewujudkan “mimpi” independensi diri akan menjadi hal yang bukan utopis lagi. Dengan tekad menghadirkan dan menanamkan –sekuat mungkin- jiwa independen yang sempurna (Independensi Kamil) serta mengaplikasikannya, maka seorang individu pun akan sanggup hidup sebagai insan yang sebenarnya. Mengingat salah satu ayat suci, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” pun  sudah cukup mengingatkan kita betapa pentingnya jiwa independen yang begitu erat keitannya dengan hidup.
Pada akhirnya, alam ini tidak akan mengizinkan “apapun” terjadi pada diri seseorang jika ia tidak berbuat sesuatu. Karena itu sama artinya ia mati, tak hidup.


[1] Wikipedia.org

0 Response to "Satu Kata: Independen"

  • Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai dengan isi konten.
  • Komentar yang tidak diperlukan oleh pembaca lain [spam] akan segera dihapus.
  • Apabila artikel yang berjudul "Satu Kata: Independen" ini bermanfaat, share ke jejaring sosial.
Konversi Kode