Disusun
oleh : Aufal Marom (114211018), Hilyatuz Zulfa (114211022)*
1. ZENO ( 490 – 430 SM )
Zeno lahir di Elia,dan murid dari Parmenides.sebagai murid dari Parmenides
ia dengan gigihnya mempertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan
argumentasi secara baik.sehingga di kemudian hari dianggap sebagai peletak
dasar dialektika. Dia mencoba membuktikan bahwa gerak adalah suatu khayalan,
dan bahwa tiada kejamakan serta tiada ruang kosong. Ada bermacam-macam alasan yang dikemukakan untuk membuktikan bahwa gerak
adalah suatu khayalan. Di antara bukti-bukti ialah :
1. Bahwa Akhilles, pelari termasyhur Yunani,
tidak akan pernah dapat mengejar seekor kura-kura yang bejalan di depanya dalam
jarak tertentu, sebab setiap kali Akhilles samapi di tempat kura-kura mulai
berjalan, kura-kura itu sudah meninggalkan tempat startnya. Demikian itu
terjadi terus menerus,akibatnya Akhilles tidak pernah dapat mengejar kura-kura
itu. Bukti yang lain ialah, bahwa sebuah anak panah yang dilepaskan dari
busurnya sebenarnya tidak bergerak, melainkan setiap saat berhenti. Hanya
kelihatanya saja bergerak.[1]Argumentasi
Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat terpecahkan secara logis. Baru dapat
di pecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian limit dari seri tak
terhingga.[2]
2. Untuk membuktikan bahwa tiada kejamakan, Zeno
mengungkapkan, bahwa seandainya ada
kejamakan, sepotong garis dapat dibagi-bagi,yang tiap bagianya paling sedikit
terdiri dari dua titik, yaitu titik pangkal dan titik ujungnya. Bagian ini,
karena memiliki jarak antara titik pangkal dan titik ujung, tentu dapat
dibagi-bagi lagi, yang bagianya terdiri lagi dari dua titik, yaitu
titik pangkal dan titik ujung. Demikianlah pembagian itu dapat terus menerus
dilakukan,sebab setiap bagian senantiasa terdiri dari paling sedikit dua titik
yang terpisah oleh suatu jarak. Pembagian ini dalam kenyataanya tidak mungkin.
Oleh karenanya harus disimpulkan, bahwa kejamakan tidak ada.
3. Untuk membuktikan bahwa tiada ruang kosong,
Zeno mengemukakan, bahwa seandainya ada ruang kosong, ruang kosong itu tentu
mengambil tempat dalam ruang yang lain, dan ruang yang lain itu mengambil
tempatnya lagi dalam ruang yang lain. Demikian seterusnya, maka harus
disimpulkan, bahwa runag kosong tidak ada.[3]
2. EMPEDOKLES (490-435 SM)
Lahir di Akragos, pualu Sicilla. Ia sangat
dipengaruhi oleh ajaran kaum Pythagoran, Parmenidaes, dan aliran keagamaan
refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik, dan
pemikir. Ia menulis dalam bentuk puisi, seperti Parmenides. Hasil karyanya dituangkan dalam bentuk syair,
yaitu: tentang alam dan tentang penyucian, atau suatu pemikiran filsafati
tentang alam dan suatu buah pikiran yang bersifat mistis-keagamaan.[4]
Dalam pemikiran ia setuju dengan pendapat
Permenides bahwa alam semesta tiada sesuatu pun yang dilahirkan sebagai hal
yang baru dan dapat dibinasakan sehingga tiada lagi. Demikian juga ia setuju
dengan bahwa tiada ruang kosong. Akan tetapi ia menentang bahwa kesaksian
indera adalah palsu. Memang pengamatan yang dengan indera menunjukan hal yang
jamak, yang berubah, akan tetapi bentuk kenyataan yang bermacam-macam itu hanya
disebabkan karena penggabungan dan pemisahan keempat anasir (rizomoto)
yang menyusun segala kenyataan. Keempat anasir itu adalah : air, udara, api
dan tanah. Keempat anasir itu mempunyai kualitas yang sama. Yaitu tidak
berubah-ubah.segala yang ada terdiri dari keempat anasir itu. Perbedaan-perbedaan
yang ada di antara benda-benda disebabkan karena campuran atau peggabungan
keempat anasir itu berbeda-beda, misal : tulang terdiri dari 2 bagian anasir
tanah, 2 bagian anasir air dan 4 bagian anasir api, demikian seterusnya.
Proses penggabungan dan pemisahan anasir itu
diatur oleh dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu cinta (filotes)
dan benci (neikos), cinta menggabungkan, sedang benci menceraikan.
Dengan demikian keduanya dipandang sebagai cairan halus yang meresapi semua
benda. Dengan demikian segala sesuatu dipandang sebagai bersifat bendawi. Semula
keempat anasir itu digabungkan dalam suatu keselarasan cinta,akan tetapi benci
berusaha menceraikan keempatnya tersebut, sehingga muncul pengelompokan 4 zaman
Empedokles yang belangsung terus-menerus, silih-berganti,dan kembali lagi
kepada yang pertama, tiada henti-hentinya :
1.
Zaman dimana cinta yang dominan. Alam semesta bagaikan bola, yang semua
anasirnya tercampur secara sempurna dan benci tersisih ke ujung
2.
Zaman yang mana anasir-anasir yang tercampur sempurna tadi mulai
diceraikan,sehingga sebagian mulai dikuasai benci
3.
Zaman tercerainya empat anasir secara sempurna, sehingga benci berdominan
4.
Zaman yang mana cinta mulai meresap dalam kosmos. Zaman ini sejajar dengan
yang kedua,yang diakhiri dengan dominasi cinta. Tetapi proses ini belum
selesai. Kembalilah zaman yang pertama di mulai dan seterusnya.
Dalam perkembanganya sehingga muncul teori pengenalan
: yang sama mengenal yang sama, karena anasir tanah yang ada pada manusia
itulah manusia mengenal tanah,air dan sebagainya.[5]
3. ANAXAGORAS
(500-428 SM)
A. Riwayat Hidup Anaxagoras
Anaxagoras
(500-428 SM) lahir di kota Klazomenai, Ionia, Asia Kecil, sekitar tahun 500 SM. Pada tahun 480 SM, Anaxagoras
meninggalkan kota asalnya dan menetap di Athena. Ia tinggal di Athena selama kurang lebih 50 tahun.
Dengan demikian Anaxagoras menjadi filsuf pertama yang berkarya di Athena,
dimana kemudian hari Athena inilah menjadi pusat perkembangan filsafat Yunani
sampai pada abad ke-2 SM. Di Athena Anaxagoras berteman dengan Pericles, seorang politikus terkenal di Athena. Selain itu,
disebutkan pula bahwa Euripides, dramawan tersohor kesusasteraan Yunani, adalah
murid Anaxagoras.
Anaxagoras adalah salah seorang filsuf dari mazhab
pluralisme. Filsuf lain yang
tergolong di dalam mazhab ini adalah Empedokles. Anaxagoras, sebagaimana Empedokles, mengajarkan bahwa
realitas alam semesta berasal dari banyak prinsip. Anaxagoras hidup sezaman
dengan Empedokles dan juga para filsuf atomis awal, seperti Leukippos dan Demokritos. Anaxagoras diketahui mengarang satu buku dalam bentuk
prosa. Akan tetapi, hanya beberapa fragmen dari bagian pertama yang masih
tersimpan.
Ketika Pericles telah
berusia lanjut, musuh-musuhnya berhasil memfitnah Anaxagoras dengan tuduhan
murtad.
Kemudian Anaxagoras di
ajukan ke pengadilan dan diancam hukuman mati. Tampaknya Anaxagoras difitnah karena ia menganggap matahari adalah
batu yang berpijar dan bulan adalah tanah, yang
hanyalah benda-benda material
semata. Bukan
Dewa seperti apa yang menjadi kepercayaan masyarakat pada saat itu. Atas jasa
Paricles, ia dibebaskan dari penjara dan melarikan diri ke kota Lampsakos. Anaxagoras
meninggal di sana pada usia 72 tahun.
B. Pemikiran Anaxagoras
1. Tentang Benih-Benih
sebagai Prinsip Alam Semesta
Anaxagoras sama seperti Empedokles yang menyatakan bahwa
prinsip dasar yang menyusun alam semesta tidaklah tunggal, namun mereka berbeda
di dalam jumlahnya. Empedokles menyatakan bahwa hanya ada 4 zat yang menjadi
prinsip alam semesta, sedangkan Anaxagoras menyatakan bahwa jumlah prinsip
tersebut tak terhingga. Zat-zat tersebut
disebutnya "benih-benih" (spermata). Menurut Anaxagoras,
setiap benda, bahkan seluruh realitas di alam semesta, tersusun dari suatu
campuran yang mengandung semua benih dalam jumlah tertentu. Indera manusia
tidak dapat menyerap semua benih yang ada
di dalam satu benda, melainkan hanya benih yang dominan.
Contohnya jikalau manusia melihat emas, maka ia dapat
langsung mengenalinya sebagai emas, sebab benih yang dominan pada benda
tersebut adalah benih emas. Akan tetapi, pada kenyataannya selain benih emas,
benda itu juga mempunyai benih tembaga, perak, besi, dan sebagainya. Hanya saja
semua benih tersebut tidak dominan sehingga tidak ditangkap oleh indera
manusia. Argumentasi yang
ditunjukkan oleh Anaxagoras adalah melalui tubuh manusia. Di dalam tubuh
manusia terdapat berbagai unsur, seperti daging, kuku, darah, rambut, dan
sebagainya. Bagaimana mungkin rambut dan kuku tumbuh, padahal manusia tidak
memakan rambut atau kuku? Pemecahan yang diberikan Anaxagoras adalah karena di
dalam makanan telah terdapat benih rambut, kuku, daging, dan semua unsur
lainnya.
2.Tentang Nous
Jikalau
Empedokles menyatakan ada dua prinsip yang menyebabkan perubahan-perubahan dari
zat-zat dasar, yakni "cinta" dan "benci", maka Anaxagoras
menyatakan hanya ada satu prinsip yang mendorong perubahan-perubahan dari
benih-benih tersebut, yakni nous. Nous berarti "roh"
atau "rasio". Ia tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari
semua benda, namun menjadi prinsip yang mengatur segala sesuatu.
Masih menjadi perdebatan apakah nous yang
dimaksudkannya bersifat materi atau tidak, sebab Anaxagoras mengatakan bahwa nous
merupakan unsur yang paling halus dan paling murni dari segala yang ada. Akan
tetapi, jelas bahwa Anaxagoras adalah filsuf pertama yang menetapkan
kemandirian roh atau rasio terhadap semua zat atau materi,dan untuk
pertamakalinya dalam filsafat dikenal adanya pembedaan antara jasmani dan
rohani.
3.Tentang Alam Semesta
Ajaran Anaxagoras tentang alam semesta mirip dengan
filsuf-filsuf pertama dari Ionia, khususnya Anaximenes. Anaxagoras berpendapat bahwa badan-badan jagat raya
terdiri dari batu-batu yang berpijar akibat kecepatan tinggi dari pusaran angin
yang menggerakkannya.
4.Tentang Makhluk Hidup
Anaxagoras
adalah filsuf pertama yang membedakan secara jelas antara makhluk hidup dengan
yang tidak hidup. Dikatakan bahwa nous memang menguasai segala-galanya,
namun tidak ada di dalam makhluk yang tidak hidup, termasuk tumbuh-tumbuhan.
5.Tentang Pengenalan
Berbeda dari Empedokles yang menyatakan bahwa yang sama
mengenal yang sama, menurut Anaxagoras prinsip pengenalan justru yang
berlawanan mengenal yang berlawanan. Argumentasi yang diberikan olehnya adalah
pengenalan inderawi manusia yang disertai rasa nyeri, misalnya bila tangan
meraba air panas, atau mata melihat benda yang terlalu terang.
4. DEMOKRITOS
(460-370 SM)
A. Riwayat Hidup Demokritos
Demokritos lahir di kota Abdera, di pesisir Thrake di Yunani Utara.Ia hidup sekitar tahun 460 SM hingga 370 SM. Ia berasal dari keluarga kaya
raya. Pada waktu ia masih muda, ia menggunakan warisannya untuk pergi ke Mesir dan negeri-negeri Timur lainnya. Demokritos adalah seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab Atomisme. Ia adalah murid dari Leukippos, pendiri mazhab tersebut. Demokritos juga belajar kepada Anaxagoras dan
Philolaos. Ia mengembangkan pemikiran
tentang atom sehingga justru pemikiran Demokritos yang lebih dikenal di dalam
sejarah filsafat. Sayangnya, karya-karya Demokritos tidak ada yang tersimpan.
Demokritos menulis tentang ilmu alam, astronomi, matematika, sastra, epistemologi, dan etika. Sehingga dia
dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang. Ada sekitar 300 kutipan tentang pemikiran Demokritos di dalam sumber-sumber
kuno. Sebagian besar kutipan-kutipan tersebut berisi tentang etika.
Meskipun ia hidup sezaman dengan Sokrates, bahkan usianya lebih muda, namun Demokritos tetap digolongkan sebagai
filsuf pra-sokratik. Hal ini dikarenakan ia melanjutkan dan mengembangkan ajaran
atomisme dari Leukippos yang merupakan filsuf pra-sokratik. Ajaran Leukippos
dan Demokritos bahkan hampir tidak dapat dipisahkan. Selain itu, filsafat
Demokritos tidak dikenal di Athena untuk waktu yang cukup lama. Misalnya saja, Plato tidak mengetahui apa-apa tentang Atomisme. Baru Aristoteles yang kemudian
menaruh perhatian besar terhadap pandangan atomisme.
B. Pemikiran Demokritos
1. Tentang Atom
Demokritos dan gurunya, Leukippos, berpendapat bahwa atom adalah
unsur-unsur yang membentuk realitas. Di sini, mereka setuju dengan ajaran pluralisme Empedokles dan Anaxagoras bahwa realitas terdiri dari banyak unsur, bukan satu. Akan
tetapi, bertentangan dengan Empedokles dan Anaxagoras, Demokritos menganggap
bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibagi-bagi lagi. Karena itulah,
unsur-unsur tersebut diberi nama atom (bahasa Yunani atomos: a berarti
"tidak" dan tomos berarti "terbagi"). Atom-atom tersebut merupakan unsur-unsur terkecil yang membentuk realitas.
Ukurannya begitu kecil sehingga mata manusia tidak dapat melihatnya. Selain
itu, atom juga tidak memiliki kualitas, seperti panas atau manis. Hal itu pula
yang membedakan dengan konsep zat-zat Empedokles dan benih-benih dari
Anaxagoras. Atom-atom tersebut berbeda satu dengan yang lainnya melalui tiga
hal: bentuknya(seperti huruf A berbeda dengan huruf N), urutannya (seperti AN
berbeda dengan NA), dan posisinya (huruf A berbeda dengan Z dalam urutan
abjad). Dengan demikian, atom memiliki kuantitas belaka, termasuk juga massa. Jumlah atom yang membentuk realitas ini tidak berhingga.
Selain itu, atom juga
dipandang sebagai tidak dijadikan, tidak dapat dimusnahkan, dan tidak berubah.
Yang terjadi pada atom adalah gerak. Karena itu, Demokritus menyatakan bahwa
"prinsip dasar alam semesta adalah atom-atom dan kekosongan". Jika
ada ruang kosong, maka atom-atom itu dapat bergerak. Demokritus membandingkan
gerak atom dengan situasi ketika sinar matahari memasuki kamar yang gelap
gulita melalui retak-retak jendela. Di situ akan terlihat bagaimana debu
bergerak ke semua jurusan, walaupun tidak ada angin yang menyebabkannya
bergerak. Dengan demikian, tidak diperlukan prinsip lain untuk membuat atom-atom
itu bergerak, seperti prinsip "cinta" dan "benci" menurut
Empedokles. Adanya ruang kosong sudah cukup membuat atom-atom itu bergerak. Menurut pandanganya, atom-atom selalu bergerak, berarti harus ada
ruang kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat
saja. Sehingga Democritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu : atom
itu sendiri ( yang penuh ), dan ruang atom yang bergerak ( yang kosong ).
2. Tentang Dunia
Dunia dan seluruh realitas tercipta karena atom-atom yang berbeda bentuk
saling mengait satu sama lain. Atom-atom yang berkaitan itu kemudian mulai
bergerak berputar, dan makin lama makin banyak atom yang ikut ambil bagian dari
gerak tersebut. Kumpulan atom yang lebih besar tinggal di pusat gerak tersebut
sedangkan kumpulan atom yang lebih halus dilontarkan ke ujungnya. Demikianlah
dunia terbentuk.
3. Tentang Manusia
Tentang manusia, Demokritos berpandangan bahwa manusia juga terdiri dari
atom-atom. Jiwa manusia digambarkan sebagai atom-atom halus. Atom-atom ini
digerakkan oleh gambaran-gambaran kecil atas suatu benda yang disebut eidola.
Dengan demikian muncul kesan-kesan indrawi atas benda-benda tersebut.
4. Tentang Pengenalan
Sebelumnya telah dikatakan bahwa setiap benda, yang tersusun atas
atom-atom, mengeluarkan gambaran-gambaran kecil yang disebut eidola.
Gambaran-gambaran inilah yang masuk ke panca indra manusia dan disalurkan ke
jiwa. Manusia dapat melihat karena gambaran-gambaran kecil tersebut bersentuhan
dengan atom-atom jiwa. Proses semacam ini berlaku bagi semua jenis pengenalan
indrawi lainnya. Lalu bagaimana dengan kualitas yang diterima oleh indra
manusia, seperti pahit, manis, warna, dan sebagainya? Menurut Demokritos
atom-atom tersebut tidak memiliki kualitas, jadi darimana kualitas-kualitas
seperti itu dirasakan oleh manusia? Menurut Demokritos, kualitas-kualitas
seperti itu dihasilkan adanya kontak antara atom-atom tertentu dengan yang
lain.
Misalnya saja, manusia merasakan manis karena
atom jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang licin. Kemudian manusia merasakan
pahit bila jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang kasar. Rasa panas didapatkan
karena jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
Dengan demikian, Demokritos menyimpulkan bahwa kualitas-kualitas itu hanya
dirasakan oleh subyek dan bukan keadaan benda yang sebenarnya. Karena itulah,
Demokritos menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengenali hakikat sejati suatu
benda. Yang dapat diamati hanyalah gejala atau penampakan benda tersebut.
Demokritos mengatakan:
"Tentunya akan menjadi jelas, ada satu masalah yang tidak dapat
dipecahkan, yakni bagaimana keadaan setiap benda dalam kenyataan yang
sesungguhnya.Sesungguhnya,
kita sama sekali tidak tahu sebab,dan kebenaran terletak di
dasar jurang yang dalam."
5. Etika
Dalam hal lain dengan panjang Demokritos
membicarakan etika. Untuk pertama kali manusia diperhatikan oleh filsuf pra
Socrates. Etika Demokratos belum disusun secara sistematis. Menurut Demokritos, nilai tertinggi di dalam hidup manusia adalah keadaan
batin yang sempurna (euthymia). Hal itu dapat dicapai bila manusia
menyeimbangkan semua faktor di dalam kehidupan: kesenangan dan kesusahan,
kenikmatan dan pantangan. Yang bertugas mengusahakan keseimbangan ini adalah
rasio. Dengan demikian asas tindakan manusia adalah keseimbangan. Orang
bijak adalah orang yang mengejar hal-hal yang menguntungkan jiwa dan yang
memberikan ketenangan jiwa. Untuk itu pelu keinginan-keinginan lahiriah
diredakan dan cara hidup sederhana di praktekan.
KESIMPULAN
Sumbangsih Zeno :
Jasa Zeno paling besar adalah pengaruhnya bagi filsafat. Hampir seluruh buku matematika mencantumkan nama Zeno pada indeksnya. Paradoks tidak hanya merupakan pertanyaan terhadap matematika abstrak tetapi juga pada realitas fisik. Memperkecil skala seperti halnya paradoks bulir gandum, sampai tidak dapat dibagi yang memicu orang “membedah” suatu benda sampai tingkat atom.
Jasa Zeno paling besar adalah pengaruhnya bagi filsafat. Hampir seluruh buku matematika mencantumkan nama Zeno pada indeksnya. Paradoks tidak hanya merupakan pertanyaan terhadap matematika abstrak tetapi juga pada realitas fisik. Memperkecil skala seperti halnya paradoks bulir gandum, sampai tidak dapat dibagi yang memicu orang “membedah” suatu benda sampai tingkat atom.
Pengaruh
Empedokles :
Proses penggabungan dan pemisahan anasir diatur oleh dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu cinta (filotes)
dan benci (neikos), cinta menggabungkan, sedang benci menceraikan.
Dengan demikian keduanya dipandang sebagai cairan halus yang meresapi semua
benda. Dengan demikian segala sesuatu dipandang sebagai bersifat bendawi.
Semula keempat anasir itu digabungkan dalam suatu keselarasan cinta,akan tetapi
benci berusaha menceraikan keempatnya tersebut, sehingga muncul pengelompokan 4
zaman Empedokles yang belangsung terus-menerus, silih-berganti,dan kembali lagi
kepada yang pertama, tiada henti-hentinya.
Pemikiran Anaxagoras :
Menurut Anaxagoras, zat
yang menyusun alam semesta tidak tunggal, zat yang menjadi prinsip alam semesta
jumlahnya tidak terhingga. Zat-zat tersebut disebutnya “ benih-benih ‘‘ (
spermata). Setiap benda bahkan seluruh realitas di alam semesta tersusun dari
suatu campuran yang mengandung semua benih dalam jumlah tertentu. Indera
manusia tidak dapat menyerap semua benih yang ada di dalam satu benda,melainkan
hanya benih yang dominan. Anaxagoras
menyatakan hanya ada satu prinsip yang mendorong perubahan-perubahan dari
zat-zat dasar yaitu Nous berarti “roh” atau “rasio”. Ia tidak tercampur dengan
benih-benih lain dan terpisah dari semua benda,namun menjadi prinsip yang
mengatur segala sesuatu. Nous merupakan unsur yang paling halus dan paling
murni dari segala yang ada. Anaxagoras berpendapat bahwa badan-badan jagat raya
terdiri dari batu-batu yang berpijar akibat kecepatan tinggi dari pusaran angin
yang menggerakannya. Nous memang menguasai segala-segalanya, namun tidak ada di
dalam makhluk yang tidak hidup termasuk tumbuhan-tumbuhan. Tentang Pengenalan
yaitu yang berlawanan mengenal yang berlawanan.
Pemikiran
Demokritos :
Demokritos menganggap bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibagi-bagi
lagi. Karena itulah, unsur-unsur tersebut diberi nama atom (bahasa Yunani atomos: a berarti "tidak" dan tomos berarti
"terbagi").
Atom-atom tersebut merupakan unsur-unsur terkecil yang membentuk realitas.
Ukurannya begitu kecil sehingga mata manusia tidak dapat melihatnya. Atom-atom
tersebut berbeda satu dengan yang lainnya melalui tiga hal: bentuknya,
urutannya, dan posisinya. atom juga dipandang sebagai tidak dijadikan, tidak
dapat dimusnahkan, dan tidak berubah. Demokritus menyatakan bahwa "prinsip
dasar alam semesta adalah atom-atom dan kekosongan". Ia berpendapat
bahwa realitas itu ada dua, yaitu : atom itu sendiri ( yang penuh ), dan ruang
atom yang bergerak ( yang kosong ). Dunia dan seluruh
realitas tercipta karena atom-atom yang berbeda bentuk saling mengait satu sama
lain. Kumpulan atom yang lebih besar tinggal di pusat gerak tersebut sedangkan
kumpulan atom yang lebih halus dilontarkan ke ujungnya. Jiwa manusia digambarkan
sebagai atom-atom halus. Atom-atom ini digerakkan oleh gambaran-gambaran kecil
atas suatu benda yang disebut eidola. Gambaran-gambaran inilah yang
masuk ke panca indra manusia dan disalurkan ke jiwa. Manusia dapat melihat
karena gambaran-gambaran kecil tersebut bersentuhan dengan atom-atom jiwa.
Proses semacam ini berlaku bagi semua jenis pengenalan indrawi lainnya. Nilai tertinggi di dalam
hidup manusia adalah keadaan batin yang sempurna (euthymia). Hal itu
dapat dicapai bila manusia menyeimbangkan semua faktor di dalam kehidupan:
kesenangan dan kesusahan, kenikmatan dan pantangan. Yang bertugas mengusahakan
keseimbangan ini adalah rasio. Dengan demikian asas tindakan
manusia adalah keseimbangan.
DAFTAR PUSTAKA :
1.
Hadi wijoyo,
Harun, Sari sejarah Filsafat Barat, Kanisius, Yogyakarta
2.
Achmadi Asmoro, Filsafat umum, Raja Grafindo,
Jakarta
3.
Atang abdul
hakim dan Beni ahmad saebani, Filsafat umum,Pustaka Setia, Jakarta
4.
Wikipedia
bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas
0 Response to "FILSAFAT YUNANI KUNO PADA MASA ZENO, EMPEDOCLES, ANAXSAGORAS, DAN DEMOCRITOS"